10 August 2012

Berani [gak] Kaya

Dalam beberapa bulan ini, saya mendapat bacaan yang cukup menggelitik bagi pribadi saya yaitu apa yang diungkap oleh Mario Teguh dan Tung Desem Waringin. Inspirasi yang disampaikan sama yaitu memotivasi akan perlunya menjadi kaya. Sesuatu yang saya setuju tapi juga sekaligus tidak setuju. Ok, sebelumnya kutipan kedua bacaan tersebut dibawah ini.

Mario Teguh. Jika engkau meyakini bahwa Tuhan tidak terbatas kekayaan dan kepemurahanNya, mengapakah engkau meminta hanya yang kecil? Apakah itu karena perkiraanmu mengenai kepantasanmu untuk menerima yang besar? Maka pantaskanlah dirimu untuk menerima yang lebih baik.

Atau apakah engkau khawatir bahwa engkau akan menjadi sombong saat engkau menjadi kaya nanti? Maka pastikanlah hatimu setia kepada kebaikan, sehingga kekayaan tidak akan memburukkanmu. 

Apakah engkau lebih memilih kemiskinan karena engkau tak melihat kemungkinan bahwa engkau bisa dikayakan oleh Tuhan? Maka perbaikilah perkiraanmu mengenai Tuhan. Sesungguhnya prasangkamu tak mengubah kasih sayang Tuhan, tapi pasti membatasi keikhlasanmu untuk mengupayakan yang lebih baik. 

Lalu, apakah menurutmu kekayaan pada dirimu itu tidak perlu? Maka perhatikanlah kemarahanmu kepada orang kaya yang kikir, yang tidak menyantuni saudaramu yang lemah kehidupannya. Sesungguhnya engkau telah dilengkapi dengan kerinduan untuk menjadi penderma yang indah hatinya. 
Mario Teguh (FB 6 August 2012) 

Tulisan Tung Desem Waringin mengenai bagaimana mengubah pola pikir terhadap uang, mengubah keyakinan lama menjadi keyakinan baru, yang akhirnya bisa menuntun orang bisa menjadi kaya secara materi. 

Ayah miskin saya mengatakan, "Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan."
Ayah kaya saya mengatakan, "Kekurangan uang adalah akar dari segala kejahatan."

Mari susun ulang lagi keyakinan kita atau susunan kata tentang uang ataupun tentang kaya. Kita harus membuat item bahwa kaya dan banyak uang baik adanya. Contoh merubah keyakinan:

         Keyakinan Lama                                                          Keyakinan Baru


- Uang tidak dibawa mati                              - Uang banyak bisa menolong orang yang hampir mati
                                                                   - lebih baik ada warisan daripada tidak meninggalkan apa-apa

- Uang tidak bisa membeli cinta                    - Betul uang tidak bisa membeli cinta, apalagi jika tidak punya  

                                                                     uang sama sekali

- Uang tidak dapat menyelesaikan masalah    - Betul, tapi dengan uang yang banyak saya bisa menyelesaikan 

                                                                     masalah dengan gaya yang tersendiri

- Uang membuat persaudaraan rusak             - Kurang uang membuat orang rebutan warisan

(Tung Desem Waringin - detikfinance Rabu, 06/06/2012 11:37 WIB)


Saya pribadi mencoba melihat ke dalam diri pribadi, sebenarnya ada di posisi mana pola pikir saya. Dan kemudian harus saya akui bahwa saya termasuk yang tidak memandang kaya sebagai hal yang terlalu penting. Atau oklah anggap saja saya takut kaya. Bukan saya tidak setuju dengan pemikiran dua tokoh motivator di atas. Tapi seperti itulah kira-kira kondisi psikologis dan kondisi lingkungan yang saya hadapi.

Sebagai orang yang berasal dari sebuah kota kecamatan (saat ini kota kabupaten), keluarga kami bukanlah orang yang kaya tapi cukup jauhlah untuk dikatakan miskin. Kami 5 saudara sudah diberi wanti-wanti sejak kecil: "kalian harus sekolah sampai sejauh apa pun, asal sekolah negeri." Itulah makanya kami 3 dari 5 saudara mlanjutkan sekolah sampe sarjana, satu D3, satu putus kuliah, gara-gara nikah muda. Semua sekolah kami berlima dari SD sampe yg terakhir ya di sekolah negeri. habis klo gak negeri disuruh ke sawah ladang macul, ogah aaah. Bagaimana membiayai sekolah kami yang mulai sma keluar kota kelahiran, ya bisalah, bapak kan kepala SD, ibu ngurus tanah-tanah yang lumayan luas juga sih, dijadiin sawah, ladang dan kebun atau disewa/bagi hasilkan. Ini sebagai gambaran kondisi keluarga dibanding lingkungan kota kecamatan waktu itu.

Nah, apa yang bikin aq jd agak takut kaya? Secara umum mungkin karena belum ketemu orang kaya yang baik n gak sombong. Secara spesifik karena memori masa kecil. Pernah suatu saat waktu SD kelas 2 atau 3 gitu, aku dan teman-teman sebaya sedang bermain-main di sebuah tanah kosong. Pada suatu saat tiba-tiba keluar orang yang punya rumah di sebelah tanah kosong (rumahnya lumayan bagus) memaki dan memarahi kami yang ga tau apa-apa. Ternyata dia menganggap kami yang menjatuhkan baju jemurannya. Waduh kyknya bukan permainan asyik klo njatuhin jemuran. Tapi 'marah' itu, sangat membekas bagiku. Dan dia orang yang [merasa] kaya ya ya ya.

Terus fobia kaya juga gara-gara definisi kaya di lingkungan kita. Coba siapa sih yang kita katakan kaya. Yang punya gedung megah, pagarnya setinggi 3 meter. Punya mobil mewah, gede tertutup. Berpakaian yang fashionable. Upss gitu. So, biar seperti kata Pak Mario Teguh agar tidak sombong dan dermawan pas kaya, jadi sulit dilaksanakan. Lah itu rumah, mobil dan barang mewah jd terlihat sombong dan agak susah juga buat jd dermawan, lah org minta sumbangan kagak bisa, lah pagar rumahnya tinggi serem. Terus kalo gak punya rumah dan harta mentereng kan namanya bukan kaya. Orang yang dermawan dan sederhana pasti dibilang tidak kaya. So, mau bilang kaya, tidak sombong dan dermawan jadi agak repot dijustifikasi kan!

Terus yang ketiga, ini lingkungan realitas saja, banyak orang kaya padahal harusnya gak kaya. Maksud saya, banyak orang kaya dengan menghalalkan segala cara. Sebenarnya dia cukup kaya juga, bisa hidup sederhana dengan cara yang lurus. Tapi karena ntah kenapa, mungkin karena persepsi uang sebagaimana 'Ayah kaya' versi om Tung, maka keinginan kaya itu dilaksanakan dengan tidak memperhatikan etika atau bahasa agama saya halal dan haramnya. Gak lucu kan kalo ditanya malaikat dikubur, "darimana harta kau dapat & kemana harta kau gunakan? Jawab, "dapat dari segala cara om malaikat, digunakan untuk kaya." Weleh-weleh, yang belajar islam pasti tau tindakan malaikat selanjutnya.

So, abis dimotivasi oleh om Mario Teguh dan om Tung DW, gimana dong? So, saya bilang pingin kaya, tapi tetap sederhana, tidak sombong dan dermawan. Dan yang paling penting HALAL. Dan karena saya hanya seorang pekerja bukan pengusaha (pengen tapi mana da waktu), kalo mau kaya raya kemungkinannya ya bakal nglanggar etika atau kehalalan gitu deh. So, kaya hati aja ya, bersyukur, Alhamdulillah, ya Alloh.

gitu dulu deh dah sore
az

25 May 2010

Lidah Indonesia

Klo mau makan-makan lagi, mending makanan khas Indonesia aja ah. Ini nih menurut gue alesan-alesannya:
1. Lebih nampol or lebih nendang alias lebih kenyang (kan bisa nambah nasi, hua ha-ha, apalagi klo Warung Padang);
2. Kapan lagi kita cinta produk Indonesia? Kan memajukan UKM asli Indon, ya gak- ya gak!
3. Karena uangnya gak akan dikurskan ke mata uang asing kayak yg franchise LN itu, mudah-mudahan akan memperkuat rupiah;
4. Biasanya sesuai ama lidah kita-kita, lidah yang terbiasa dengan rempah-rempah nusantara dan jangan lupa garamnya;
5. Harganya juga relatif jauh lebih murah, contoh kopi item biasa Rp2,000, Di Starbuck Rp31.000.

Gimana hayo? Kenapa musti makanan luar? Klo loe nganggap makanan luar lebih bergengsi, wah jelas banget loe tuh kurang percaya diri ama orang LN. Dengan kata lain, loe gak punya gengsi di mata bule eh org asing. Klo cuman mo coba-coba, ya jangan keseringan dong, hihi

Hidup Indonesia

21 May 2010

Etika (Bisakah ada dalam Pemerintahan?)

Untuk mengingat SMI, satu pejabat yang mencoba melakukn perubahan. Klo banyak yang bilang "ya sudah, ikut arus saja, tapi jangan sampe tenggelam". Maka beliau tidaklah termasuk hal tersebut karena konsep diri dan keyakinannya, itulah yang dilaksanakan dalam tindakan. Sebenarnya semua pejabat memiliki kata-kata yang jauh lebih bagus, namun tidak banyak yang sesuai dengan apa yang dilakukan.

Ini adalah satu dari banyak kata-kata yang terucap dari bibirnya, transkrip Menkeu di Ritz Carlton, setelah mengundurkan diri sebagai Menkeu.

.....saya diminta untuk bicara tentang kebijakan publik dan etika publik. Dan itu adalah suatu topik yang barangkali merupakan suatu pergulatan harian saya, semenjak hari pertama saya bersedia untuk menerima jabatan sebagai menteri di kabinet di Republik Indonesia itu. Suatu penerimaan jabatan yang saya lakukan dengan penuh kesadaran, dengan segala upaya saya untuk memahami apa itu konsep jabatan publik. Pejabat negara yang pada dalam dirinya, setiap hari adalah melakukan tindakan, membuat pernyataan, membuat keputusan, yang semuanya adalah dimensinya untuk kepentingan publik.

 Disitu letak pertama dan sangat sulit bagi orang seperti saya karena saya tidak belajar, seperti anda semua, termasuk siapa tadi yang menjadi MC, tentang filosofi. Namun saya dididik oleh keluarga untuk memahami etika di dalam pemahaman seperti yang saya ketahui. Bahwa sebagai pejabat publik, hari pertama saya harus mampu untuk membuat garis antara apa yang disebut sebagai kepentingan publik dengan kepentingan pribadi saya dan keluarga, atau kelompok.

 Dan sebetulnya tidak harus menjadi muridnya Rocky Gerung di filsafat UI untuk pintar mengenai itu. Karena kita belajar selama 30 tahun dibawah rezim presiden Soeharto. Dimana begitu acak hubungan, dan acak-acakan hubungan antara kepentingan publik dan kepentingan pribadi. Dan itu merupakan modal awal saya untuk memahami konsekuensi menjadi pejabat publik yang setiap hari harus membuat kebijakan publik dengan domain saya sebagai makhluk, yang juga punya privacy atau kepentingan pribadi.

Di dalam ranah itulah kemudian dari hari pertama dan sampai lebih dari 5 tahun saya bekerja untuk pemerintahan ini. Topik mengenai apa itu kebijakan publik dan bagaimana kita harus, dari mulai berpikir, merasakan, bersikap, dan membuat keputusan menjadi sangat penting. Tentu saya tidak perlu harus mengulangi, karena itu menyangkut, yang disebut, tujuan konstitusi, yaitu kepentingan masyarakat banyak. Yaitu mencapai kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

Jadi kebijakan pubik dibuat tujuannya adalah untuk melayani masyarakat, Kebijakan publik dibuat melalui dan oleh kekuasaan. Karena dia dibuat oleh institusi publik yang eksis karena dia merupakan produk dari suatu proses politik dan dia memiliki kekuasaan untuk mengeluarkannya. Disitulah letak bersinggungan, apa yang disebut sebagai ingridient utama dari kebijakan publik, yaitu unsur kekuasaan. Dan kekuasaan itu sangat mudah menggelincirkan kita.  

Kekuasaan selalu cenderung untuk corrupt. Tanpa adanya pengendalian dan sistim pengawasan, saya yakin kekuasaan itu pasti corrupt. Itu sudah dikenal oleh kita semua. Namun pada saat anda berdiri sebagai pejabat publik, memiliki kekuasan dan kekuasan itu sudah dipastikan akan membuat kita corrupt, maka pertanyaan 'kalau saya mau menjadi pejabat publik dan tidak ingin corrupt, apa yang harus saya lakukan?'

Oleh karena itu, di dalam proses-proses yang dilalui atau saya lalui, jadi ini lebih saya cerita daripada kuliah. Dari hari pertama, karena begitu khawatirnya, tapi juga pada saat yang sama punya perasaan anxiety untuk menjalankan kekuasaan, namun saya tidak ingin tergelincir kepada korupsi, maka pada hari pertama anda masuk kantor, anda bertanya dulu kepada sistem pengawas internal anda dan staff anda. Apalagi waktu itu jabatan dari Bappenas menjadi Menteri Keuangan. Dan saya sadar sesadar sadarnya bahwa kewenangan dan kekuasaan Kementrian Keuangan atau Menteri Keuangan sungguh sangat besar. Bahkan pada saat saya tidak berpikir corrupt pun orang sudah berpikir ngeres mengenai hal itu.
 Bayangkan, seseorang harus mengelola suatu resources yang omsetnya tiap tahun sekitar, mulai dari saya mulai dari 400 triliun sampai sekarang diatas 1000 triliun, itu omset. Total asetnya mendekati 3000 triliun lebih.(batuk2) Saya lihat (ehem!) banyak sekali (ehem lagi) kalau bicara uang terus langsung.... (ada air putih langsung datang diiringi ketawa hadirin). Saya sudah melihat banyak sekali apa yang disebut tata kelola atau governance. pada saat seseorang memegang suatu kewenangan dimana melibatkan uang yang begitu banyak. Tidak mudah mencari orang yang tidak tergiur, apalagi terpeleset, sehingga tergoda bahwa apa yang dia kelola menjadi seoalh-olah menjadi barang atau aset miliknya sendiri.

 Dan disitulah hal-hal yang sangat nyata mengenai bagaimana kita harus membuat garis pembatas yang sangat disiplin. Disiplin pada diri kita sendiri dan dalam, bahkan, pikiran kita dan perasaan kita untuk menjalankan tugas itu secara dingin, rasional, dengan penuh perhitungan dan tidak membolehkan perasaan ataupun godaan apapun untuk, bahkan berpikir untuk meng-abusenya. Barangkali itu istilah yang disebut teknokratis. Tapi saya sih menganggap bahwa juga orang yang katanya berasal dari akademik dan disebut tekhnokrat tapi ternyata 'bau'nya tidak seperti itu. Tingkahnya apalagi lebih-lebih. Jadi saya biasanya tidak mengklasifikasikan berdasarkan label. Tapi berdasarkan genuine product nya dia hasilnya apa, tingkah laku yang esensial.

 Dan bahkan dengan kewenangan dan kemampuannya dia pun bisa menyembunyikan itu. Karena dengan kewenangan yang besar, dia juga sebetulnya bisa membeli sistem. Dia bisa menciptakan network. Dia bisa menciptakan pengaruh. Dan pengaruh itu bisa menguntungkan bagi dirinya sendiri atau kelompoknya. Godaan itulah yang sebetulnya kita selalu ingin bendung. Karena begitu anda tergelincir pada satu hal, maka tidak akan pernah berhenti. Namun, meskipun kita mencoba untuk menegakkan aturan, membuat rambu-rambu, dengan menegakkan pengawasan internal dan eksternal, sering bahwa pengawasan itu pun masih bisa dilewati. Disinilah kemudian muncul, apa yang disebut unsur etika. Karena etika menempel dalam diri kita sendiri. Di dalam cara kita melihat apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, apakah sesuatu itu menghianati atau tidak menghianati kepentingan publik yang harus kita layani. Apakah kita punya keyakinan bahwa kita tidak sedang menghianati kebenaran. Etika itu ada di dalam diri kita.

Dan kemudian kalau kita bicara tentang total, atau di dalam bahasa ekonomi yang keren namanya agregat, setiap kepala kita dijumlahkan menjadi etika yang jumlahnya agregat atau publik, pertanyaannya adalah apakah di dalam domain publik ini setiap etika pribadi kita bisa dijumlahkan dan menghasilkan barang publik yang kita inginkan, yaitu suatu rambu-rambu norma yang mengatur dan memberikan guidance kepada kita.
Saya termasuk yang sungguh sangat merasakan penderitaan selama menjadi menteri. Karena itu tidak terjadi. Waktu saya menjadi menteri, sering saya harus berdiri atau duduk berjam-jam di DPR. Disitu anggota DPR bertanya banyak hal. Kadang-kadang bernada pura-pura sungguh-sungguh. Mereka mengkritik begitu keras. Tapi kemudian mereka dengan tenangnya mengatakan 'Ini adalah panggung politik bu.'
 Waktu saya dulu masuk menteri keuangan pertama saya masih punya dua Dirjen yang sangat terkenal, Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai saya. Mereka sangat powerfull. Karena pengaruhnya, dan respectability karena saya tidak tahu karena kepada angota dewan sangat luar biasa. Dan waktu saya ditanya, mulainya dari...? Segala macem. Setiap keputusan, statemen saya dan yang lain-lain selalu ditanya dengan sangat keras. Saya tadinya cukup naif mengatakan, "Oh ini ongkos demokrasi yang harus dibayar." Dan saya legowo saja dengan tenang menulis pertanyaan-pertanyaan mereka.

 Waktu sudah ditulis mereka keluar ruangan, nggak pernah peduli mau dijawab atau tidak. Kemudian saya dinasehati oleh Dirjen saya itu, "Ibu tidak usah dimasukkan ke hati bu. Hal seperti itu hanya satu episod drama saja. " Tapi kemudian itu menimbulkan satu pergolakan batin orang seperti saya. Karena saya kemudian bertanya. Tadi dikaitkan dengan etika publik, kalau orang bisa secara terus menerus berpura-pura, dan media memuat, dan tidak ada satu kelompokpun mengatakan bahwa itu kepura-puraan maka kita bertanya, apalagi? siapa lagi yang akan menjadi guidance? yang mengingatkan kita dengan, apa yang disebut, norma kepantasan. Dan itu sungguh berat. Karena saya terus mengatakan kalau saya menjadi pejabat publik, ongkos untuk menjadi pejabat publik, pertama, kalau saya tidak corrupt, jelas saya legowo nggak ada masalah. Tapi yang kedua saya menjadi khawatir saya akan split personality. Waktu di dewan saya menjadi personality yang lain, nanti di kantor saya akan menjadi lain lagi, waktu di rumah saya lain lagi. Untung suami dan anak-anak saya tidak pernah bingung yang mana saya waktu itu. Dan itu sesuatu yang sangat sulit untuk seorang seperti saya untuk harus berubah-ubah. Kalau pagi lain nilainya dengan sore, dan sore lain dengan malam. Malam lain lagi dengan tengah malam. Kan itu sesuatu yang sangat sulit untuk diterima. Itu ongkos yang paling mahal bagi seorang pejabat publik yang harus menjalankan dan ingin menjalankan secara konsisten. Nah, oleh karena itu, didalam konteks inilah kita kan bicara mengenai kebijakan publik, etika publik yang seharusnya menjadi landasan, arahan bagi bagaimana kita memproduksi suatu tindakan, keputusan, yang itu adalah untuk urusan rakyat. Yaitu kesejahteraan rakyat, mengurangi penderitaan mereka, menaikkan suasana atau situasi yang baik di masyarakat, namun di sisi lain kita harus berhadapan dengan konteks kekuasaan dan struktur politik. Dimana buat mereka norma dan etika itu nampaknya bisa tidak hanya double standrart, triple standart.

 Dan bahkan kalau kita bicara tentang istilah dan konsep mengenai konflik kepentingan, saya betul-betul terpana. Waktu saya menjadi executive director di IMF, pertama kali saya mengenal apa yang disebut birokrat dari negara maju. HAri pertama saya diminta untuk melihat dan tandatangan mengenai etika sebagai seorang executive director, do dan don'ts. Disitu juga disebutkan mengenai konsep konflik kepentingan. Bagaimana suatu institusi yang memprodusir suatu policy publik, untuk level internasional, mengharuskan setiap elemen, orang yang terlibat di dalam proses politik atau proses kebijakan itu harus menanggalkan konflik kepentingannya. Dan kalau kita ragu kita boleh tanya, apakah kalau saya melakukan ini atau menjabat yang ini apakah masuk dalam domain konflik kepentingan. Dan mereka memberikan counsel untuk kita untuk bisa membuat keputusan yang baik.
.....

(standing applause)

25 December 2008

Gua iri ama Ostrali

Aku punya pengalaman di Royal Children Hospital, Melbourne, Australia. Pokoknya kesan yg buaaiiiik buanget. Mereka waktu dapat pasien tuh antusias banget. Kali di sini jarang banget dapat pesakitan ya, pada sehat-sehat semua. Mereka tuh gak bakal membolehkan kita pulang klo belum yakin-seyakinnya klo si anak gak ada apa-apa. Kayak anakku, Yolda, dia sampe nginep tiga hari, padahal pada hari ke-2 kita rasa udah kembali sehat seperti sedia kala. Tapi, dokternya tetap ngotot untuk memeriksa cairan tulang belakangnya. Kami sempat khawatir karena pengambilan cairan tersebut berkali-kali gagal, setiap kali gagal mereka mencoba meningkatkan level pembiusan, katanya anak kuat banget gak mempan dibius. Ditambah lagi dengan rumor dari org Indo yg bahayalah, bisa cacatlah, bisa lumpuhlah dll. Setelah tiga orang dokter gagal dalam 4 kesempatan dengan suntikan sekitar 9 kali, akhirnya pengambilan cairan berhasil dilakukan oleh spesialis di ruang operasi dengan bius total. Syukur alhamdulillah, pagi setelah itu hasilnya langsung diinformasikan dan tidak ada masalah pada otak (suspect penyakit). Dan segera kami boleh pulang.

Saya benar-benar salut dalam kerja para perawat dan dokter. Pada awal anak kami masuk (kejang-kejang), mereka langsung tangani tanpa ada pertanyaan masalah keuangan dan administrasi terlebih dahulu. Demikian pula pas pulang, tidak ada tagihan. Bahkan waktu saya tanya, account kami belum tersedia. Baru setelah seminggu dua bills dikirim ke rumah. Bill kemudian aku urus di OSHC, mereka yang bayar. Satu lagi, di rumah sakit tuh ada taman bermainnya bikin anak cepat sembuh.

Klo kerjaan sebenarnya cukup banyak. klo sekedar kerja mah, Queen Victoria Market (Vicmart) selalu siap sedia (kayak Oralit). Yg susah tuh nyari yang gajinya gede, yang kerjanya mudah dan enak, yang waktunya gak neko-neko. Mosok gaji cuman $6/hour klo kerja ama pengusaha asal Indonesia (kelakuan emang org Indo). Kerja kasar? udah telanjur lama jadi orang yg halus2, maksudnya gak pake phisik. maunya kerja dibelakang meja pake bahasa Indonesia, he-he, secara IELTS pas-pasan. Lebih ngacok lagi tuh kerjaan yang mulai jam 4 pagi kayak dibeberapa pabrik, gak gua banget yg susah tidur susah bangun. Apalagi klo ingat ayat ini: Janganlah harta-hartamu, keluarga dan ,anak-anakmu melalaikan engkau dari mengingat-Nya. klo kerja mulai jam segitu sengaja lupa [sholat] padanya dong. ya nggak-ya nggak? Sorry klo gak nyambung.

Segitu dulu Mpren.
Horee gua tadi timbang badan dah 63 Kg, naik dong sekitar 6-7 Kg. Senangnya hidup di negara yang adil dan makmur ini.

Tadi kami sekeluarga jalan-jalan karena public transport gratis mulai kemaren kerna christmas. Terus besok Boxing Day, barang didiskon abis, belanja-belanja, jam tangan jangan lupa. Beda banget ya ama lebaran di Indo, jangan kata transport gratis, toeslag aja dilanggar. Jangan kata barang didiskon abis, yang ada sembako merambat naek. Nasib-nasib, lahir kok di negeri jenggo.

02 December 2008

Iseng

04/10/2008 16:50
GOAL.com Champions League Manager 2008/09: Pemenang BlackBerry Pertama Ternyata Orang Indonesia!
GOAL.com mewawancarai 'Dongahwan', pemenang pertama dari sekian banyaknya smartphone BlackBerry yang dapat direbutkan dalam game online liga fantasi GOAL.com Champions League Manager 2008/09.
»Komentar (7) Print Artikel Ini Kirim Ke Teman Hubungi Kami galleria zoom Ingin bergabung dengan Yuzirwan untuk memenangkan smartphone BlackBerry atau hadiah fantastis lainnya? Belum ada kata terlambat untuk bergabung. Segera daftar secara GRATIS di http://fantasy.goal.com dan Anda berpeluang meraih hadiah-hadiah menarik.

Tim 'asuhan' Dongahwan berhasil memenangkan babak pertama GOAL.com Champions League Manager 2008/09 dengan meraup 78 poin sekaligus merebut hadiah BlackBerry terbaru!

Ternyata, pemenangnya adalah putra Indonesia yang tinggal di Australia. Itulah sebabnya ia memakai bendera negeri kangguru dalam game ini.

Berikut ini sesi tanya-jawab antara GOAL.com dan Yuzirwan (foto) usai matchday kedua...

GOAL.com: Siapa nama Anda? Beritahu kami sedikit tentang diri Anda.

Yuzirwan: Nama saya Yuzirwan - itu saja. Nama dari Indonesia yang diberikan oleh orangtua saya. Saya berusia 30 tahun. Saat ini saya berdomisili di bagian utara Melbourne, Australia.

GOAL.com: Apa klub favorit Anda?

Yuzirwan: Saya sangat mencintai Liverpool FC dan mereka memiliki masalah yang sama dengan liga fantasi ini - mereka harus merebut titel dengan anggaran yang ketat. You'll never walk alone. Ayo Gerrard! Buat Torres, musim ini akan lebih sulit.

GOAL.com: Anda memiliki tim yang sukses dengan 78 poin - bagaimana Anda memilih pemain-pemainnya?

Yuzirwan: Saya memilih 11 pemain itu karena anggaran yang tersedia. Anggaran yang sangat ketat, bukan? Saya berusaha membayangkan dan menebak hasil pertandingan. Saya tidak memilih dua pemain dari tim yang berlawanan. Hal terpenting adalah percaya terhadap statistik. Sebagai contoh, Inter Milan grafiknya naik-turun, jadi saya mencegah mereka. Hal paling sulit adalah 'berjudi' terhadap pemain-pemain dari tim yang tidak popular dan saya kehilangan poin dengan memilih Jadson dari Shakhtar. Ia tampil mengesankan pada laga pertama - apa yang menyebabkan ia absen pada laga kedua?!

GOAL.com: Apakah Anda sendiri bermain bola?

Yuzirwan: Saya suka bermain bola dengan teman-teman saya. Saya berharap melakukannya setiap minggu, kecuali pada musim dingin.

GOAL.com: Apakah Anda menyukai hadiahnya - Blackberry?

Yuzirwan: Hadiah ini luar biasa. Apakah saya akan online dengan handphone ini? Saya cenderung tetap menggunakan internet konvensional dari laptop saya. Mungkin hal ini nantinya akan berubah setelah BlackBerry terkirim!

Berikut ini susunan pemain Yuzirwan: Frey; Niolaou, Gonzalo Rodríguez, Lugano, Tonel; Jadson, Stasevich, Danny; Agüero, Fernando Torres, Adebayor.

Apakah Anda dapat mencapai prestasi yang lebih baik dibanding Yuzirwan pekan depan? Anda dapat memenangkan BlackBerry atau hadiah fantastis lainnya. Belum ada kata terlambat. Segera daftar di http://fantasy.goal.com untuk membuka peluang Anda merebut laptop MacBook Pro! Game online ini sepenuhnya GRATIS!


Commenti Articolo 10:13

04

Nov 08
bowo_Subowoq depook indonesia
selamat kawannn semoga lebih sucses
18:08

22

Oct 08
Liga Super Anank14
Sgera ikuti ajang liga trbaik abad ini..!! Login= indonesiaku Id= merdeka Bktikan klo anda pemberani!! Nb: tlg utk pass login dan id'a di forward/kasi tau k tmen2 yg laen ya biar lbih ramean lg, thxb4
17:15

14

Oct 08
jung wah Cibubuk
Congratulation,,, jaya Indonesia. Ga percuma Indonesia pesertanya paling banyak di game ini. Buat yg lain, gabung sub liga ini donk. login name dan password = tridatu
4:04

07

Oct 08
ghooza jogja
gabung sub liga yukkk liga indonesia login : gelora sandi : jogja